Malioboro merupakan salah satu tempat wisata di Jogja yang merupakan ikon Jogja. Jalan Malioboro itu sendiri merupakan salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro, dan Jalan Jenderal Ahmad Yani. Jalan Malioboro didirikan bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta. Dalam bahasa Sansekerta, kata "malioboro" bermakna karangan bunga.
Malioboro menjadi tempat yang istimewa bagi para penduduk Jogja. Disana, berbagai kalangan melepas penat dengan hanya sekedar duduk menikmati angin sore. Bagi sebagian besar wisatawan baik lokal maupun mancanegara, Malioboro sudah tak asing sebagai tempat berwisata belanja paling diminati di Yogyakarta. Denyut aktivitas perdagangan sangat terasa di tempat ini. Malioboro pun kerap dijadikan pilihan untuk menjadi tempat bersantai bersama orang-orang tersayang.
 |
Gambar 1: Malioboro |
Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan dahulu hadirnya perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa yang semakin kuat. Hingga tahun 1887, Jalan Malioboro sempat dibagi dua setelah Stasiun Tugu Jogja dibangun. Tak hanya sebagai tempat wisata, Malioboro pun memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Di jalan ini pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan Belanda. Kini dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pasukan Merah Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki Yogyakarta.
Hingga saat ini, Malioboro terus berkembang dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dulu. Tak hilang sedikitpun suasananya. Malioboro kini menjadi pusat kehidupan masyarakat Jogja. Tak hanya menjadi pusat bagi kehidupan masyarakat, Malioboro pun menaungi tempat tempat strategis. Diantaranya adalah Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo, Teras Malioboro hingga Istana Presiden Gedung Agung.
 |
Gambar 2: Pengendara di Malioboro |
Malioboro juga dipenuhi dengan ribuan kuliner khas Jogja. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung ke sana. Rasanya berkunjung ke Yogyakarta tanpa pernah menginjakkan kaki di Malioboro adalah suatu dosa. Para pengunjung kerap berjalan kaki, menyusuri trotoar khusus pejalan kaki, melewati pengunjung lainnya yang sedang duduk di tempat duduk Malioboro. Di waktu sore, banyak pengunjung yang bersepeda, baik sendiri maupun beramai-ramai. Saat ada hari besar, Malioboro dipastikan sangat ramai hingga mampu menimbulkan kemacetan bagi para pengendara.
Sumber artikel:
https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/354
https://terasmalioboro.jogjaprov.go.id/2022/08/11/sejarah-jalan-malioboro/
Sumber gambar:
https://terasmalioboro.jogjaprov.go.id/2022/08/11/sejarah-jalan-malioboro/
https://www.liputan6.com/photo/read/2484731/pedestrian-malioboro-dilengkapi-parkir-sepeda?page=1
Zhievania Limeranto 9B/24
Komentar
Posting Komentar