Suku di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat

    Pulau Papua adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia, pulau ini terdiri atas 2 provinsi, yaitu Provinsi Papua dan Papua Barat. Provinsi Papua Barat terletak di bagian Barat Papua, tepatnya di bagian ‘kepala burung’ pulau Papua. Karena hal inilah, provinsi Papua Barat disebut sebagai provinsi ‘Kepala Burung Papua’. Selain alamnya yang mempesona, Papua Barat juga terkenal sebagai provinsi yang terdiri atas berbagai jenis suku yang hidup berdampingan. Salah satu kepulauan sekaligus tempat wisata yang kerap diselam informasinya bagi para wisatawan adalah Raja Ampat.      

    Penduduk kabupaten Raja Ampat pada tahun 2019 berjumlah 93.918 jiwa dengan rincian 50.292 jiwa laki-laki dan 43.626 perempuan. Penduduk terbanyak berada di ibukota kabupaten, yakni kota Wasai sebanyak 32.499 jiwa, dengan kepadatan 125,85 jiwa/km². Sementara itu penduduk paling sedikit berada di distrik kecamatan Salawati Barat yakni 1.463 jiwa, 764 laki-laki dan 699 perempuan. Diantara ribuan penduduk, kabupaten Raja Ampat diisi dengan beberapa suku asli dan penduduk suku luar yang mendiami pulau pulau besar maupun kecil.

Gambar 1: Suku Maya
    Beberapa penduduk suku asli diantaranya adalah Suku Wawiyai, Suku Kawe, Suku Laganyan, Suku Ambel, Suku Batanta, Suku Tepin, Suku Fiat, Domu, Waili dan Butlih, Suku Moi, Suku Matbat, Suku Misool, Suku Biga, Suku Biak. Salah satu suku besar  yang berasal dari teluk Mayalibit adalah suku Maya. Mereka hidup di hutan dan pegunungan. Mereka belum keluar dari pedalaman menuju area pantai hingga abad ke-19. Suku Maya ini mendiami pulau Waigeo.

    Asal usul Raja Ampat tak bisa dilepaskan dari suku asli yang mendiami pulau terbesar di Raja Ampat, Waigeu, yakni suku Maya. Menurut tokoh adat suku maya, Yohanes Goran Gaman Suku maya adalah sebutan untuk suku asli raja ampat. Berasal dari kata mam yang artinya, 'bapa sesungguhnya saya ada'. Suku maya berasal dari teluk mayalibit berarti kamar atau ruangan. Kamar untuk orang-orang maya. 

Gambar 2: Suku Biak
    Suku kedua yang cukup terkenal adalah suku Biak Wardo yang kerap dikenal sebagai suku Biak. Suku Biak adalah salah satu kelompok etnik Biak yang mendiami Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Awalnya, suku Biak Wardo bermukim di Pulau Biak lalu melakukan migrasi ke Kepulauan Raja Ampat. Migrasi dimulai sejak masa pelayaran Hongi dan pembayaran upeti kepada Kesultanan Tidore atau Kesultanan Ternate. Masyarakat Biak sendiri memiliki beberapa sub-suku, seperti Aimando, Betew, Kafdaron, Karon, Usba, dan Wardo yang kebanyakan telah bermigrasi dan menetap di Kepulauan Raja Ampat sejak abad ke-15.


Sumber artikel:

https://www.rajaampatnirwana.com/id/mitologi-raja-ampat/

sumber gambar 1:

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fstori%2Fread%2F2021%2F10%2F25%2F090000379%2Fapakah-suku-maya-masih-ada-sampai-sekarang&psig=AOvVaw0kjrAPXMF2_V3ueRe4Ypwc&ust=1706059799812000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBIQjRxqFwoTCNDSopWu8oMDFQAAAAAdAAAAABAQ

sumber gambar 2:

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.m.wikipedia.org%2Fwiki%2FBerkas%3APakaian_adat_suku_Biak.jpg&psig=AOvVaw1_VW746T35WXiJYrMlE2kq&ust=1706060638558000&source=images&cd=vfe&ved=0CBIQjRxqFwoTCKjmuaSx8oMDFQAAAAAdAAAAABAE

Zhievania Limeranto 9B/24

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Putih Biru Yang Selalu Abadi

Malioboro