Tentang Putih Biru Yang Selalu Abadi

 

Tema : Masa Putih Biru

Judul  : Tentang Putih Biru yang selalu Abadi

      Pada awal pembelajaran baru, para peserta MPLS melakukan kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah dalam rangka membantu para siswa/i beradaptasi di lingkungan baru. Satu hal yang membedakan MPLS ini dengan MPLS masa lain ialah tempat dan pelaksanaan kegiatan. Saat itu masa pandemi Covid-19, MPLS diadakan secara daring. Para siswa/i mampu mengenal satu sama lain melalui jaringan internet. Tak hanya masa MPLS, bahkan kegiatan belajar mengajar pun dilakukan secara daring. Selain murid yang harus belajar menggunakan teknologi, guru dan orang tua murid pun turut aktif dalam mengenal kecanggihan dunia.

Salah satu siswa menjadi tokoh utama cerita ini memiliki potongan masa itu. Namanya Zhe. Zhe merupakan gadis dari Timur yang merantau untuk Pendidikan. Zhe adalah gadis yang tumbuh dari keluarga yang menganggap pacaran dibawah umur tidak diperbolehkan, sehingga ia tidak memedulikan cinta ketika mulai menginjak level baru. Zhe teringat dengan larangan yang berbunyi “Jangan jatuh cinta di kota Jogja, tintamu itu permanen”.

Tahun pertama ia menjabat sebagai ketua kelas. Zhe mengurus banyak hal baru di masa itu. Dirinya mengaku tidak paham dan malas untuk berusaha mengerti tentang kegiatan yang sedang atau akan diadakan secara daring untuknya dan teman-temannya. Namun, dari situlah jiwa kepemimpinannya muncul. Ia mengerti tanggungjawabnya dan menghargai kepercayaan yang diberikan. Melalui keaktifannya dalam kepengurusan kelas dan angkatan, ia memiliki relasi yang cukup luas kala itu. Ia berteman dengan murid dari berbagai kelas. Bergabung dalam berbagai lingkaran pertemanan. Meski demikian, Zhe berakhir dengan lingkaran pertemanan para gadis dari kelasnya sendiri. Ia mengaku, diakhir tahun pertama sekolah menengahnya, ia merasa nyaman. Dari kenyamanan muncul kesetiaan. Dari kesetiaan muncul kekompakan.

Pada akhirnya, seluas apapun relasi yang kita bangun dengan orang lain, yang selalu bersama ialah pemenangnya.

Memasuki tahun kedua, kelas yang hampir memasuki kekompakkan mulai bertambah personil. Selain itu, ada 2 insan didalamnya yang tengah menjalin hubungan asmara. Salah satunya merupakan ketua kelas, dan bukan lagi Zhe. Hubungan keduanya membawa dampak baik dan buruk. Dampak baik yang seisi kelas alami ialah munculnya kekompakkan dan solidaritas yang lebih tinggi dibandingkan tahun pertama. Dampak buruknya ialah terpecahnya relasi antara perempuan dan lelaki.

Tahun kedua, mereka dihadapkan dengan wali kelas yang konon katanya galak dan tegas. Namun nyatanya tidak mereka rasakan. Di masa ini, Zhe mulai merasakan kembali perasaan suka terhadap seseorang. Lelaki ini bernama Tian. Kedekatan mereka membuatnya menjadi perasa. Zhe menyadari dirinya menyukai Tian.

Awal kedekatan mereka bermula di masa masa pembelajaran baru. Zhe merupakan bagian dari OSIS, sehingga ia harus mengurus banyak hal dalam 3 hari MPLS berlangsung. Setiap kali Zhe merasa sudah menyelesaikan tugas, ia akan kembali ke kelasnya bersama Yeun, Grazia, dan Ana. Ketiganya merupakan pengurus OSIS sekaligus teman dekatnya di kelas. Zhe duduk semeja dengan Tian. Awalnya keduanya tidaklah dekat. Dahulu mereka hanya berstatus sebagai ketua kelas dan sekretaris, Tidak Lebih. Tian merupakan seorang pemain basket. Interaksi kedunya tidak lebih dari mengucapkan semangat dan terimakasih.

Denah tempat duduk di awal pembelajaran baru tahun kedua memberi serbuk pendekatan bagi Zhe dan Tian. Kepribadian yang mudah bergaul membawa keduanya lebih mengenal satu sama lain. Zhe selalu membantu Tian dalam tugas-tugasnya, sebagai imbalan Tian dengan senang hati selalu mendengarkan cerita Zhe. Tiada hari tanpa obrolan hangat maupun canda tawa diantara keduanya. Keduanya kerap di tegur guru karena sering asik berdua. Interaksi keduanya tak disangka banyak disalahpahami sehingga mengundang rumor-rumor yang tidak benar adanya dan merupakan sebuah opini. 

Suatu hari di hari rabu, kelas tersebut sedang mengadakan kerja kelompok. Zhe dan Tian masuk dalam kelompok yang sama bersama Grazia, Velin, dan Leo. Memiliki kelompok dengan anggota yang ambis membuat mereka selesai lebih awal, sehingga mereka menggunakan waktu untuk bercengkrama. Disela sela obrolan mereka, Grazia membuka topik baru.

"Eh, kalau di liat liat Tian sam Zhe lucu ya."

"Makasih aku emang lucu." Ucap Zhe dengan kalimat andalannya.

"Bukan Zhe, kalian lucu kalo pacaran." Sela Velin yang kemudian di sambut gestur tubuh muntah oleh keduanya.

"Apa-apaan!"

"Gila kali."

"Biasa yang kaya gitu yang langgeng loh Zhe, Ti."

"Iyuh!"

"Gaakan."

Reaksi keduanya menyambut tawa ketiga teman kelompoknya. Meski demikian, mereka tidak bermaksud menujukkan kebencian, hanya mungkin sesirat gengsi?

Bel istirahat berbunyi, penantian paling berharga seluruh siswa. Zhe dan teman-temannya langsung mengambil tempat langganan mereka untuk menikmati bekal siang masing-masing. Disetiap suapan akan diterima oleh tawa yang menggelegar dari mulut. Zhe, Grazia, Velin, Yeun dan Ana selalu menambahkan canda dan tawa dalam setiap kebersamaan mereka. Selain canda tawa, kebisingan dari anak laki-laki di dalam kelas pun selalu menemani istirahat mereka. Dari jail memanggil teman-teman perempuan, meneriaki anak yang berpacaran sampai mejodoh-jodohkan satu dengan yang lainnya. Banyak sekali hal-hal kecil yang mampu dikenang di tahun kedua ini.

Sejak akhir tahun ajaran kedua, Zhe baru menyadari perasaanya tumbuh terhadap Tian. Dengan segala interaksi yang keduanya jalani memberikannya rasa yang kian bertambah. Ia hendak menyangkal, namun nyatanya demikian. Zhe mengingat dirinya dan Tian yang selalu menambahkan candaan pada hal yang dilihat keduanya. Keduanya pun tidak lupa untuk selalu punya kode yang hanya keduanya ketahui. Seringkali mereka bergosip tentang siswa/i yang menurut mereka memiliki sikap yang janggal. Mereka akan memulai pembicaraan lewat mata apabila orang tersebut memulai aksi anehnya. Melalui tatapan itu, Zhe jatuh cinta pada manik mata kecil yang selalu bersinar. Saat keduanya memulai obrolan mata, Zhe dan Tian selalu menambahkan seukir senyum yang menandakan "aku paham maksudmu." Dan untuk kesekian kalinya, Zhe jatuh cinta pada ukiran senyum itu. Dari senyum, berkembang menjadi tawa. Dari tawa itu, Zhe jatuh cinta pada suara yang menggelenggar merdu di telinganya.

Sekali setiap dua bulan, pada akhir pekan anak kelas Zhe akan merencanakan pergi menonton bioskop dengan genre yang selalu horor. Mereka sangat kompak dalam kebersamaan itu, meski seringkali anak lelaki sulit diatur. Namun, dalam waktu mereka bersama saat menonton banyak mengundang momen momen lucu dari berbagai reaksi teman-temannya terhadap hantu yang muncul di layar besar itu. Ada yang hampir menangis, ada yang latah, ada yang berani menatap balik hantu itu, bahkan ada juga yang mulai mengejek hantu tsb. Setiap selesai menonton, mereka beramai ramai mengunjungi tempat makan untuk mengisi energi masing masing usai senam jantung. Saat makan makan itulah muncul berbagai cerita dan opini dari masing masing pihak mengenai hal hal baru. Banyak tang nyatanya kurang masing masing dari mereka ketahui. 

Wali kelas tahun kedua membawa kehangatan bagi para penduduk kelas B. Beliau selalu menujukkan sifat keibuannya, termasuk sifat bawelnya. Beliau bernama Bu Endah, namun kerap di panggil mamih Endah. Dengan murid yang tingkat emosinya belum stabil, tak jarang beliau terlihat lelah harus berulang kali menegur anak-anak asuhnya. Namun, dengan kesabaraannya beliau selalu dikenang sebagai wali kelas terbaik masa remaja Zhe.

Tepat pada tanggal 14 Juni 2023, Bu Endah berulangtahun. Sayangnya, tahun ajaran bersamanya berakhir. Ulang tahunnya tidak mampu dirayakan bersama di hari yang sama. Pada tanggal 16 Juni 2023, seluruh kelas mengadakan perpisahan. Kelas B merayakannya dengan bermain games dan makan-makan bersama. Tak lupa merayakan Bu endah's late birthday party. Momen perpisahan itu merupakan yang paling menyenangkan sekaligus menyakitkan bagi Zhe dan menurut teman-temannya.

Menuju tahu ketiga, Zhe mulai dihadapi ancangan ujian. Selain itu, ia menjabat sebagai wakil ketua OSIS yang membuat pikirannya semakin bertambah. Sama dengannya, tak jarang teman-temannya membahas bagaimana nilai ujian masing-masing nantinya. Seringkali mereka membahas tentang kelulusan.

"Bagaimana ya kalau kita sudah lulus nanti?"

"Apa kita bakal nonton bareng lagi?"

"Uang kas mau diapain ya kalau udah lulus?"

Berbagai pertanyaan absurd kerap muncul dari mereka. Seringkali terbesit kesedihan dalam benak Zhe. Rasanya, baru kemarin mereka mengikuti MPLS secara daring, mengapa sekarang sudah membahas tentang kelulusan?

Suatu hari, tepat pada tanggal 9 September 2023, anak kelas Zhe pergi menonton bioskop untuk kesekian kalinya bersama. Hanya saja, mereka tidak lengkap seperti tahun kedua kemarin. Mereka berkurang dua anak dan bertambah dua anak dari kelas C. Rencana jalan-jalan mereka tak hanya sekedar melepas penat, namun sekaligus mengikat tali relasi antara mereka dengan anggota kelas yang baru. Dengan harapan, mereka mampu merasakan kenyamanan selama di kelas B tahun ketiga.

Jika tahun kedua mereka dihadapkan dengan wali kelas yang tegas namun tidak begitu lembut, maka di tahun ketiga ini mereka mendapatkan wali kelas yang sanagat tegas, dengan harapan nantinya mampu membina mereka untuk menjadi pribadi yang disiplin menjelang kenaikan jenjang pendidikan ke sekolah menengah atas nantinya. Disini, Zhe merasa tidak bisa menjadi anak yang sesungguhnya, yang mampu bermanja manja dengan wali kelas yang ia anggap ibunya. Zhe lebih menjadi pribadi yang harus selalu siap dan tegas menghadapi wali kelasnya. Seringkali ia berpikir, Apa ini rasanya menjadi anak sulung?

Meski dengan segala kehilangan yang Zhe rasakan dari tahun kedua ke tahun ketiga, ia tetap bersyukur masih mampu dipertemukan dengan lingkungan yang membuatnya nyaman. Ia bersyukur masih bisa berada di dalam kelas yang di cap jelek oleh guru guru dengan personil hampir tetap. Kelulusan baginya merupakan suatu penantian terbesarnya namun sekaligus ketakutannya yang pasti akan ia hadapi suaru hari nanti. Jika kelulusan membawanya ke jenjang selanjutnya, maka kelulusan juga membawanya pada perpisahan. Tiga tahun bersama sudah cukup, setidaknya masih ada memori yang akan selalu dikenang. 

Trimakasih kelas B, bersama kalian dalam kurun waktu tiga tahun memberiku banyak pengalaman yang tak pernah kubayangkan dapat kunikmati. Selanjutnya, aku akan mencari lingkungan baru. Aku berjanji tidak akan mencari kalian di dalam mereka yang baru. Biarlah kalian abadi hanya di masa putih biru ku. Sampaikan salam ku untuk aku dan anggota kelas B di masa depan.

sumber: https://pin.it/5zvTwWb
 
Zhievania Limeranto/24

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suku di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat

Malioboro